Pancasila, Panggung Bersama untuk Identitas yang Berbeda-Beda

Selasa, 18 Februari 2014

IMG_3868_Fotor

Nusa Tenggara Timur – Anis Matta mengenang Bung Karno saat mengunjugi Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Sabtu (15/2). Bung Karno, ungkap presiden PKS itu, sudah mulai memikirkan cara mempersatukan Indonesia saat menjalani pengasingan di Ende pada tahun 1934-1938.

“Waktu menjalani pengasingan di Ende, Bung Karno mulai berpikir tentang perlunya suatu dasar untuk bangsa ini. Bangsa dengan beragam etnis dan budaya ini perlu suatu dasar untuk mempersatukan masyarakatnya. Karena itu, sejak awal Bung Karno meniatkan Pancasila sebagai panggung bersama untuk identitas yang berbeda-beda,” tutur Anis.

Untuk melanjutkan cita-cita Bung Karno, menurut Anis, maka pemimpin Indonesia masa depan haruslah orang yang memahami nilai kepahlawanan. Pemimpin Indonesia masa depan haruslah orang yang benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan orang yang hanya mencari popularitas.

“Pemimpin Indonesia masa depan harus berani untuk tidak populer. Supaya dia tidak menipu rakyat dengan kerja-kerja kecil yang sebenarnya hanya hiburan dan bukan penyelesaian atas permasalahan yang dihadapi. Maka, pemimpin Indonesia masa depan haruslah orang yang mengerti nilai-nilai kepahlawanan,” jelas Anis.

Anis kemudian melanjutkan syarat pemimpin Indonesia masa depan. “Pemimpin Indonesia masa depan adalah orang yang menginspirasi orang lain dengan auranya, menciptakan partisipasi dengan ide-idenya, dan mampu membangun kolaborasi di masyarakat,” pungkasnya.

Anis Matta melakukan  kunjungan dua hari ke Ende, yaitu pada 15-16 Februari. Dalam kunjungan ini, Anis menjadi pembicara Dialog Kebangsaan bertema “Membangkitkan Semangat Kepahlawanan” yang dihadiri oleh ratusan tokoh masyarakat dan tokoh lintas agama. Selain mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno, Anis juga menyapa masyarakat yang sedang melakukan aktivitas jual-beli di Pasar Mbangowani. (DLS/MFS)