Bertemu Relawan Kota Bandung, Anis Matta Bicara Konsep Kota

Kamis, 06 Maret 2014

IMG_2583_Fotor

Bandung – Anis Matta  ngariung bersama relawan Kota Bandung, Minggu (2/3), di Buah Batu, Bandung. Sambil duduk lesehan, Anis berdialog membahas konsep kota.

“Tren urban di Indonesia akan mengikuti tren global karena secara perlahan-lahan desa akan berkurang. Salah satu persoalan kota-kota di Indonesia, infrastrukturnya tidak akan kuat menampung progres pertumbuhan populasi kota,” Anis mengawali.

Karenanya dibutuhkan solusi komprehensif untuk menyelesaikan masalah perkotaan. Tujuannya adalah membuat kota-kota di Indonesia berstandar internasional dan mampu menampung pertumbuhan populasi kota.

“Salah satu agenda nasional kita adalah menyediakan satu desain tata ruang yang menyeluruh secara nasional, yang memungkinkan kota-kota di Indonesia naik kualitasnya menjadi standar internasional. Dan pada waktu yang sama, memiliki fungsionalitas untuk menampung tren urban. Karena secara populasi, perimbangan antara urban dan rural telah mencapai 60 persen,” ungkapnya.

Tanpa desain yang menyeluruh, menurut presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, kota-kota tua yang memiliki histori seperti Bandung akan menyimpan masalah yang kompleks. Karena populasinya terus berkembang, tapi tidak ada desain besarnya. Kalaupun ada desainnya, orang-orangnya juga tidak disiplin dengan desain itu.

“Untuk itu, orang-orang seperti Kang Emil diperlukan untuk mengelola kota-kota tua yang sudah rumit persoalnnya. Orang-orang muda seperti Kang Emil ini memang cocok karena bisa mewakili generasi saat ini,” katanya.

Generasi saat ini yang dimaksud oleh Anis Matta adalah Generasi Gelombang Ketiga. Dalam bukunya yang dilaunching pada 5 Maret 2013 di Islamic Book Fair di Jakarta, Anis menyebut lima ciri masyarakat Gelombang Ketiga. Lima ciri itu adalah populasinya didominasi anak muda, berpendidikan bagus, berpenghasilan bagus, terkoneksi dengan baik, dan warga negara asli demokrasi.

“Kalau yang memimpinnya bukan dari generasi ini, maka akan terjadi discontinue. Ada gap antara society, market, dan government. Masyarakatnya sangat progresif, market bekerja sangat progresif, tapi pemerintahannya sangat lambat. Ini tidak nyambung,” jelasnya.

Menyadari hal itu, Anis, yang saat ini berusia 45 tahun, mendukung majunya orang-orang muda yang memiliki kapasitas untuk memimpin. Sehingga gap antara masyarakat, pasar, dan pemerintahan bisa diminimalisir, bahkan dihilangkan.

“Itulah kenapa saat PKS menang di pilkada Jawa Barat, saya bilang, ‘Kota Bandung ini jangan sampai lepas. Karena kalau lepas dan dipimpin oleh orang yang bukan dari generasi saat ini, maka akan susah mengoordinasikan pekerjaan.’ Jadi, saat ini kita memang harus menghadirkanpemerintahan baru yang visioner dan mampu mengimbangi perkembangan civil society dan market,” pungkas sosok yang disebut-sebut sebagai capres dari PKS itu. (DLS/MFS)