Jakarta—Sabtu (31/5) lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengesahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Penetapan pasangan bernomor urut 1 ini ditanggapi positif oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta.
“Bagi saya, Prabowo adalah contoh orang yang terpanggil untuk membenahi Indonesia, karena dia mau meninggalkan hidupnya yang nyaman dan capek-capek berkubang di politik,” ungkap Anis dalam akun twitter-nya, @anismatta.
Anis pun menyebut Prabowo tepat menjadi pemimpin Indonesia, karena dia dengan jujur menyatakan secara terbuka keinginannya sebagai presiden, tanpa menutup-nutupi diri dengan basa-basi dan kepalsuan.
“Indonesia membutuhkan pemimpin yang mengatakan dirinya berniat memimpin dan karenanya memikirkan gagasan. Kita tidak butuh orang yang pura-pura tidak mau jadi presiden, dan karenanya tidak punya gagasan yang ditawarkan,” tambah Anis.
Dalam kultwit yang bertagar #mengapaPrabowo itu, Anis juga mengupas tentang sisi Prabowo yang paling sering ‘diserang’, yakni peristiwa di tahun ’98. Menurutnya, apa yang dilakukan Prabowo merupakan inisiatif dari bentuk pertanggungjawaban Prabowo kepada tugasnya saat itu. Meskipun di kemudian hari inisiatif itu dinilai salah, Prabowo menanggung sendiri penilaian itu.
“Sudah waktunya kita memandang pemimpin tidak dengan imajinasi kesempurnaan. Pemimpin bukan figur imajiner, dia adalah makhluk historis dengan segala kelebihan dan kekurangannya,” tutur Anis.
Anis menambahkan, tindakan memiliki dimensi ruang dan waktu. Tindakan yang dianggap benar, bisa dinilai salah pada waktu yang lain. Inilah sisi lain kepemimpinan dan patriotisme, yang kadang berujung pahit. Adapun Prabowo, dia tidak lari atau membenci negeri yang otoritasnya pernah menyalahkan dirinya.
“Prabowo justru ‘keras kepala’, dia kembali menghadapi hinaan dan cibiran itu hanya karena ingin membenahi negeri ini,” ujar Anis.
Indonesia memang membutuhkan pemimpin yang berkata dan bertindak benar, bukan sekadar menyenangkan banyak orang. Hal ini berkaitan dengan tantangan yang makin kompleks dan nyata, baik dalam geopolitik dan ekonomi international, maupun dalam dinamika demografi.
“Indonesia harus mampu melindungi warga negaranya di tengah arus orang, barang, dan kapital yang semakin bebas dan terbuka. Indonesia harus membuktikan bahwa dirinya bukanlah ‘negara gagal’ atau bangsa yg rapuh,” tegas Anis.
Anis menjelaskan, karakter kepemimpinan Prabowo yang tegas, berinisiatif, terbuka, dan tidak berlindung dengan basa-basi, tepat dengan kebutuhan Indonesia hari ini. Indonesia sudah cukup belajar tentang pemimpin yang hanya ingin menyenangkan banyak orang. Sikap semacam ini justru malah memunculkan ketidakpastian dan kepalsuan.
“Masih banyak lagi tantangan yang harus dijawab dengan kepemimpinan oleh seorang yang demokratis sekaligus berkepribadian kuat. Sikap Prabowo mungkin ada yang tidak menyenangkan dan menghibur, tapi yang kita butuhkan adalah pemimpin, bukan penghibur,” kata Anis.
Dengan kata lain, dukungan Anis kepada Prabowo berdasarkan pemikiran rasional. Perpaduan sikap terbuka dan demokratis, serta dilengkapi kepribadian kuat dalam diri Prabowo, membuatnya menjadi sosok yang tepat memimpin Indonesia saat ini yang miskin kejujuran. Apa yang benar harus diungkapkan, meskipun pahit.
“Sudah waktunya Indonesia keluar dari perangkap popularitas kemasan dan melangkah menuju kerja keras yg sejati. Apa yang benar harus dikatakan, walaupun pahit, dan bukan sekadar melakukan hal-hal yang mengundang tepuk tangan,” pungkas Anis. (dnh)