Idul Fitri, Saatnya Politik ‘Mudik’ ke Niat Awal

Selasa, 29 Juli 2014

lebaran

Jakarta—Senin, 28 Juli kemarin, seluruh umat Islam merayakan Idul Fitri 1435 H. Idul Fitri atau Lebaran merupakan momen untuk kembali bersih dan suci dalam alam jiwa. Adapun di Indonesia, Lebaran tahun ini punya makna lebih karena kita baru saja menyelesaikan satu tahapan dalam demokrasi kita. Idul Fitri yang bermakna perbaikan dan pembenahan dari dalam, juga bisa kita ambil hikmahnya bagi politik kita.

“Kini kita bersiap untuk menata kehidupan sosial-politik kita dengan iman dan etika yang lebih baik. Saatnya kita “mudik”, kembali ke asal semua ikhtiar kita dalam muamalah, salah satunya dalam berpolitik. Semua daya upaya kita di dunia ini, tentu kita harapkan menjadi ibadah,” tutur Anis Matta, dalam akun twitter-nya @anismatta.

Anis menjelaskan, dengan menempatkan ikhtiar muamalah sebagai ibadah, maka kita mengintegrasikan agama dalam usaha meningkatkan kualitas kehidupan. Agama menjadi panduan dan inspirasi perubahan, dan menuntun kita memberi makna pada peristiwa-peristiwa.

“Agama juga mengubah hidup kita tanpa mengandalkan kuasa dan otoritas, namun mengandalkan keluasan kebenaran di dalam dirinya dan menyentuh instrumen terdalam pada diri manusia—akal sehat dan hati nuraninya,” papar Anis.

Idul Fitri juga membawa pesan proses pembelajaran dan perbaikan terus menerus, proses yang disadari, dijalani dengan penuh kesungguhan. Menurut Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, pesan ini dapat juga diintegrasikan dalam ibadah muamalah kita, termasuk politik. Proses dan perbaikan, dipandu oleh hati nurani dan akal sehat, akan membuat manusia selalu meningkat kualitasnya. (MFS) (dnh)