SEMARANG – Geopolitik merupakan ilmu tentang pengaruh faktor geografi terhadap ketatanegaraan. Dan pada kondisi dunia yang terintegrasi seperti sekarang, hampir tidak ada negara yang terbebas dari pengaruh negara lain. Membangun kesadaran geopolitik merupakan langkah awal untuk membangun peradaban. Menurut Anis Matta, itulah salah satu pelajaran dari surat Ar-Rum di dalam Al-Quran. Hal tersebut disampaikannya saat mengisi “Taujih Gelorakan Semangat Ramadhan”, pada Minggu (14/5/2017), di Semarang, Jawa Tengah.
“Surat Ar-Rum merupakan surat yang turun di Mekah ketika jumlah kaum Muslimin masih sangat sedikit. Surat ini berisi berita tentang pertarungan antara Persia dan Romawi. Waktu Al-Quran menyebutkannya, jazirah Arab, baik Mekah maupun Madinah, tidak ada yang masuk dalam sentuhan Persia maupun Romawi. Kira-kira, apa perlunya komunitas kecil ini, yang tidak ada hubungannya dengan Persia dan Romawi, perlu mendapat berita ini?” Buka Anis.
Ketika ilmu politik telah berkembang seperti sekarang, lanjut Anis, kita menyadari bahwa itu merupakan cara Al-Quran membangun kesadaran geopolitik. Karena umat yang kecil itu, walaupun belum bersentuhan dengan Persia dan Romawi, kelak akan menjadi besar dan berhadapan dengan dua kekuatan besar tersebut. Kaum Muslimin perlu mengetahui dinamika perubahan geopolitik yang terjadi di sekitarnya jauh sebelum mereka menghadapinya.
Presiden PKS periode 2013-2015 itu lalu menghubungkannya dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Walaupun kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dengan berdarah-darah, tapi deklarasi kemerdekaannya tetap dipengaruhi perubahan geopolitik. Bung karno sejak awal meramalkan bahwa saat yang tepat untuk Indonesia merdeka adalah ketika perang Pasifik meledak. Kondisi yang tercipta akibat perubahan geopolitik merupakan celah bagi Indonesia untuk merdeka.
Menurut Anis, Surat Ar-Rum juga mengajarkan tentang ilmu membaca masa depan. Melalui pengamatan terhadap kejadian di sekitar, seseorang akan mengetahui tren di masa depan. Karena, seperti kata pepatah, sejarah itu selalu berulang.
“Kalau ingin punya ilmu forecasting, Anda juga mesti mengetahui sejarah. Karena sebagian cara peramalan itu diambil dari kaidah-kaidah sejarah yang menjadi dasar untuk menafsirkan semua kejadian-kejadian yang pernah terjadi di masa lalu.Itulah kenapaterdapat kisah di dalam Al-Quran. Itu tujuannya untuk i’tibar, untuk mengambil ibrah, pelajaran. Karena Allah mengatakan ada kemenangan dan ada kekalahan, ada kebangkitan dan ada keruntuhan,” terangnya.
Tapi, sambung Anis, pengetahuan tentang masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, juga bisa menjadi masalah. Hal ini seperti partai politik yang mau ikut pilkada, kemudian mendapat informasi tentang lawan yang sangat tangguh. Ketika membaca survey, lawannya terlalu berat. Ketika memprediksi masa depan, trennya menakutkan.
Karena itu, surat Ar-Rum diikat dengan kalimat-kalimat yang berhubungan dengan persoalan akidah. Allah bilang bahwa dalam beberapa tahun Romawi akan menang. Tapi kemudian disebutkan, semua urusan ini adalah milik Allah sebelumnya dan sesudahnya. Artinya, itu akan terjadi kalau diizinkan Allah.
“Jadi, jangan khawatir. Mengombinasikan keimanan dengan pengetahuan, itulah kombinasi manusia Muslim yang kita perlukan untuk mengelola negara. Pada akhirnya hidup ini adalah sandiwara. Allah cuma ingin kita memilih peran. Kebetulan peran yang kita pilih adalah peran seperti ini dan dikasih musuh yang banyak. Itulah nilai ujiannya. Pilkada DKI adalah buktinya. Kekuasaan yang terlalu banyak ternyata tidak bisa menghasilkan apa-apa. Kenapa? Semua urusan ini milik Allah sebelum dan sesudahnya,” pungkasnya. (DLS)