JAKARTA – Seniman Jay Subiakto dan Sheila Timothy baru saja merilis film berjudul ‘Banda: the Dark and Forgotten Trail” pertengahan agustus ini, film yang berkisar tentang dinamika yang terjadi dipulau kecil tersebut mendapat apresiasi dari Anis Matta.
“Film itu tidak sekedar bicara tentang sejarah komoditas rempah di Pulau tersebut, namun kita belajar bahwa Pulau Banda pernah menjadi titik pergulatan geopolitik dunia” tulis Anis Matta dalam akun twitternya @anismatta
Sebagaimana tertulis dalam sejarah, pala dan cengkeh adalah komoditas rempah yang paling dicari.. Pala adlh pengawet makanan, bahan baku obat, dan simbol status. Banda saat itu menjadi bagian Nusantara yang terbuka bagi pergaulan antarbangsa dimana Pedagang Arab, Persia, Tiongkok, hingga Eropa, berinteraksi intens dalam perdagangan rempah
“Namun karena lemahnya pengetahuan, Banda waktu itu mengenai tarik-menarik kekuatan geopolitik dunia” lanjut Anis
Selain itu, Di Banda pula terjadi kristalisasi narasi keindonesiaan oleh para founding fathers Indonesia.Ketika Belanda menjadikannya sebagai tempat pembuangan tokoh pergerakan kemerdekaan. Bung Hatta, Sjahrir, Iwa Kusuma Sumantri, dan Tjipto Mangunkusumo dibuang ke pulau itu.
“Banda adalah episode penting lahirnya narasi Indonesia merdeka, Buah renungan dr bapak bangsa” tutur Anis
Terakhir Anis mengatakan bahwa Indonesia Indonesia harus berbenah agar tidak menjadi “Banda kedua”, menjadi obyek tarik-menarik kepentingan global tanpa daya menentukan nasib sendiri
“Dari film Banda kita belajar, kita harus mampu menentukan nasib kita sendiri, bukan diombang-ambing kepentingan dan kekuasaan pihak lain, Itu pula yang dicita-citakan para pahlawan kemerdekaan kita” tutupnya. (NA)