Indonesia Mewujud Dalam Peralihan Imajinasi

Jumat, 17 Juli 2020

foto: https://listenandlearnresearch.com

Berabad-abad lamanya penjajahan melumpuhkan kita sebagai entitas politik dan sosial. Semua perlawanan daerah hanya menyisakan korban dan kekalahan yang pahit. Realitas itu terlalu pahit. Tapi harus kita telan tanpa harapan akan adanya pemanis yang bisa mengurangi pahitnya penderitaan panjang itu.

Sampai akhirnya, di awal abad ke-20, akal-akal baru datang membawa imajinasi Indonesia. Identitas sosial baru. Identitas politik baru. Tanah yang sama. Manusia yang sama. Tapi dipersepsi dengan cara berbeda. Tidak banyak yang berubah pada mulanya dalam realitas. Cuma yang terasa secara perlahan adalah munculnya gelombang perlawanan nasional yang dahsyat. Imajinasi baru. Mimpi baru. Tekad baru. Aksi kolektif baru. Sejarah kita seketika berjalan ke titik cahaya.

Tidak lama setelah itu, gelombang destruksi menggiring Eropa dan akhirnya dunia ke dalam rangkaian Perang Dunia I tahun 1914-1918, lalu Perang Dunia II tahun 1939-1945. Kita tidak tidak merencanakan peristiwa itu. Apalagi terlibat di dalamnya sebagai pelaku. Tapi perubahan pada keseimbangan kekuatan global baru itu telah bertemu dengan jalan sejarah kita dimana kelak kita terbebas dari penjajahan. Indonesia telah mewujud dalam imajinasi sebelum peluang sejarah itu datang: merdeka.

Tonggak-tonggak penting itu, saat gelombang pergerakan nasional 1908 melahirkan Bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928, lalu melahirkan Negara Indonesia dalam peristiwa kemerdekaan 1945, meriwayatkan kesadaran sejarah bahwa derita penjajahan diselesaikan pada mulanya dalam imajinasi. Bukan dalam realitas. 

Imajinasi adalah tempat penciptaan pertama. Realitas adalah tempat penciptaan kedua. Tidak semua yang tercipta dalam imajinasi harus tercipta dalam realitas. Tapi tidak ada yang tercipta dalam realitas kalau ia tidak tercipta dalam imajinasi. Indonesia mewujud dalam peralihan imajinasi itu. Imajinasi itulah yang sekarang kita butuhkan untuk meriwayatkan Indonesia masa depan di tengah krisis global berlarut ini.